materi 13

INTELEKTUALISME DAN SPRITUALISME
1.      Intelektualisme dan Spritualisme Pendidikan
a.      Intelektualisme Pendidikan
Intelektualisme lahir dari ungkapan-ungkapan konservatisme politik yang di dasarkan pada sistem-sistem pemikiran falsafah yang pada dasarnya otoritarian. Pada dasarnya, konservatisme filosofis ingin mengubah praktek-praktek politik yang ada (termasuk praktek-praktek pendidikan), demi menyesuaikan secara lebih sempurna dengan ccita-cita intelektual yang sudah mapan. Intelektualisme pendidikan memiliki tujuan untuk mengenali, melestarikan dan meneruskan kebenaran. Konservatisme pendidikan adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah cukup tua dan mapan).
b.      Spritualisme Pendidikan
Pendidikan bukan sekedar memicu kecerdasan otak, tetapi sekaligus juga kecerdasan spritual bagi tumbuhnya kearifan sosial. Kehodupan spritual pada ilmu pengetahuan menumbuhkan kearifan sosial dilingkupi dengan 3 dimensi intelegensi dan intelegensi emosional, rasional dan spritual dikenal 3 jiwa dalam filsafat islam tradisional yaitu itu nafs hayawaniayyah, nathiqah dan qudsiyyah.
Adanya spritualisme dalam pendidikan berdampak positif pada generasi baru untuk berpikir dan pemikir produktif, peka terhadap masalah sosial dan memiliki kontrol dalam proses reformasinya. Fenomena yang marak terjadi di masyarakat adalah munculnya praktik olah spritual yang lebih bernuansa esoteris yakni alternatif yang menyejukkan. Pendidikan merupakan sistem pengetahuan tentang pendidikan diperoleh melalui riset. Pendidikan merupakan wahan mengembangkan nilai-nilai spritualitas.
Dapat disimpulkan hakikat spritualitas dalam ilmu pengetahuan adalah memperhatikan nilai keseimbangan antara jasmani, fisik dan ruhani, pemikiran dan perasaan secara bersama-sama sehingga mengantarkan pada sikap rasionalistik selaras baik dalam hubungannya dengan Tuhannya, sesama manusia maupun alam lingkungannya.
2.      Filsafat dalam Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Diskursus kurikulum dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat umum antara lain idealisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme.
Secara eksplisit dikatakan bahwa kurikulum 2013 tidak mengikuti satu aliran filsafat pendidikan, baik aliran filsafat perenialisme, esensialsme, progresivisme, maupun rekontruksionisme, namun mengikuti aliran-aliranfilsafat teersebut secara elektik (Kemendikbud, 2013a, 2013b,2013c). Dengan kata lain, landassan filosofis yang digunakan oleh Kurikulum 2013 diambil dari berbagai aliran filsafat pendidikan.
Kurikulum 2013 didasarkan pada filsafat idealisme yang memliki pandangan ontologis bahwa realitas spritual, moral, dan mental itu bersifat stabil dan tidak berubah. Realitas spritual,  moral dan mental bersifat ideal didasarkan pada berbagai sumber berbagai berikut :
1.      Realitas spritual, moral, dan mental didasarkan pada karya-karya besar berupa kitab suci agama seperti al-Qur’an, Hadist dalam tradisi agama islam : Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda dalam tradisi agama Hindu : Tripitaka dalam tradisi agama Budha : Taurat dalam tradisi agama Yahudi : Injil (Bible) perjanjian lama dan  perjanjian baru dalam tradisi agama Kristen Kstolik dan Protestan.
2.      Realitas spritual, moral, dan mental kurikulum 2013 didasarkan pada ajaran para nabi, rasul, dan pembawa ajaran agama pada tahap formasi dan konsolidasi pada awal berdirinya suatu agama.
3.      Realitas spritual, moral dan mental bersifat ideal. Kurikulum 2013 didasarkan pada karya-karya dan kontribusi para pembuka agama yang otoritatif yang pernah hidup atau dekat dengan para nabi.
4.      Realitas spritual, moral dan mental bersifat ideal. Kurikulum 2013 didasarkan pada pemikiran para cendekiawan, ilmuan, filsuf pemkir agama (teolog) yang teruji keilmuannya. Dalam tradisi islam, realitas spritual, moral, dan mental didasarkan pada keteladanan ulama fiqh yang diterima diindonesia.
Secara epistemologis, kurikulum 2013 memikirkan ulang ide yang terpendam yang telah menjadi khazanah intelektual. Ide terpendam itu adalah karya-karya besar dalam berbagai disiplin ilmu (science) pengetahuan (knowledge) dalam berbagai bidang antara lain : Pertama, bidang ilmu penngetahuan alam (natural science) seperti : fisika, biologi, kimia, geologi, astronomi dan kedokteran. Kedua, bidang ilmu pengetahuan sosial (social science) seperti : ilmu pendidikan (paedagogy), sosiologi, antropologi, hukum, psikologi, ilmu politik. Ketiga, dalam bidang humaniora yang terdiri dari : filsafat, matematika, teologi, dan seni.


 DAFTAR PUSTAKA
Komaruzaman. Jurnal TAWAZUN Vol.8, No.2 Juli-Desember 2015.Pendidikan Pembebasan Ki Hajar Dewantara Asas Pendidikan Liberal Di Indonesia Keywords : Pendidikan, Pembebasan Ki Hajar Dewantara, Liberal
Astuti. Jurnal Darul Ilmi Vol.02, No.02 Juli 2014. Sekuralitas dan Spiritualitas. Keywords : Sekuralitas, Spirituality, Integration Studies, Islamic Education Curriculum
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/DI/article/download

Komentar

  1. Cba saudari jelas kan realitas spiritual moral dan mental versifat ideal. Ideal itu bgaimna?

    BalasHapus
  2. bagaimana menerapkan spiritual pendidikan dalam pendidikan anak usia dini jelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan mngajar kan shlat , doa mau mkan dan doa mau tidur mngucapkan slam,mntak maf

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer